Ketika begitu banyak tanggung jawab yang harus dipikul dan kesibukan yang harus dituntaskan, seorang da’i bisa saja lupa akan hakikat komitmennya dalam dakwah sehingga lalai dengan hak-hak dakwah yang harus ditunaikannya.dia mendzalimi diri sendiri dan tidak membersihkannya, tidak mendidiknya, tidak mengontrol, tidak mengevaluasi (muhasabah), dan tidak meluruskannya. Bisa saja dia lalai dengan hak-hak saudara-saudara seperjuangan dan dakwahnya. Merasa keberatan untuk mengorbankan harta dan hanya memberi sedikit waktu yang tersisa dari semua aktivitasnya.
Dia menjadi sering terlambat menghadiri liqa’ dan tuntutan-tuntutan dakwah lainnya.semua tugasnya dilakukan hanya berdasarkan kecendrungan dan kemauan dirinya.
Untuk itu adalah penting untuk kembali mengemukakan pertanyaan pada diri sendiri. Apa komitmen saya terhadap dakwah?apakah cukup dengan sekedar mendukung dan mengaguminya? Atau, apakah cukup hanya dengan memberi dukungan finansial? Apakah banyak peran aktif yang saya berikan terhadap harakah?
Masih banyak lagi pertanyaan yang harus dijawab oleh setiap da’i agar bisa mengenal lebih jauh tentang hakikat komitmennya terhadap dakwah.
Jika komitmen terhadap dakwah benar-benar tulus, maka tidak akan banyak da’i yang berguguran ditengah jalan. Dakwah akan terus melaju dengan mulus untuk meraih tujuan-tujuannya dan mampu memancangkan prinsip-prinsipnya dengan kokoh.
Jika komitmen terhadap dakwah benar-benar tulus, niscaya hati banyak orang akan menjadi bersih,pikiran mereka akan bersatu, dan fenomena ingin menang sendiri saat berbeda pendapat akan jarang terjadi.
Jika komitmen terhadap dakwah benar-benar tulus, maka sikap toleran akan semarak, rasa saling mencintai akan merebak, hubungan persaudaraan semakin kuat, dan barisan para da’i akan menjadi bangunan yang berdiri kokoh dan saling menopang.
Jika komitmen terhadap dakwah benar-benar tulus, maka ia tidak akan peduli saat ia ditempatkan di bagian depan atau belakang. Komitmennya tidak akan berubah saat dia diangkat menjadi seorang pemimpin yang berwenang mengeluarkan keputusa dan ditaati atau hanya sebagai jundi yang tidak dikenal atau
dihormati.
Jika komitmen terhadap dakwah benar-benar tulus,maka hati seorang da’i akan tetap lapang untuk memaafkan saudara-saudara seperjuangannya sehingga tidak tersisa tempat sekecil apapun untuk permusuhan dan dendam.
Jika komitmen terhadap dakwah benar-benar tulus,maka sikap toleran dan saling memaafkan akan terus berkembang, sehingga tidak ada momentum untuk menyulut kebencian, menaruh dendam dan amarah. Namun sebaliknya smboyan yang diusung bersama adalah, ” Saya sadar bahwa saya sering melakukan kesalahan, dan saya yakin anda akan selalu memaafkan saya.”
Jika komitmen terhadap dakwah benar-benar tulus,maka tidak mungkin akan terjadi kecerobohan dalam menunaikan kewajiban dan tugas dakwah. Namun yang terjadi adalah fenomena belomba-lomba untuk menunaikan kebauikan dan bersungguh-sungguh untuk mencapai derajat yang lebih tinggi.
Jika komitmen terhadap dakwah benar-benar tulus,maka semua orang akan sangat menghargai waktu. Bagi setiap da’i tidak ada waktu yang terbuang sia-sia karena ia akan selalu menggunakan untuk senantiasa beribadah kepada allah di sudut mihrab, atau berjuang melaksanakan dakwah dengan menyeru kepada kebaikan atau mencegah kemunkaran. Atau, menjadi murabbi yang gigih mendidik dan mengajari anak serta istrinya dirumah. Da’i yang aktif dsi mesjid untuk menyampaikan nasehat dan membimbing masyarakat.
Jika komitmen terhadap dakwah benar-benar tulus,maka setiap da’i akan segersa menunaikan kewajiban keuangannya untuk dakwah tanpa dihinggapi rasa ragu sedikitpun. Semboyannya adalah”apa yagn ada padamu akan habis dan apa yang ada disisi tuhanmu akan kekal.”
Jika komitmen terhadap dakwah benar-benar tulus,maka setiap da’i akan patuh dan taat tanpa merasa ragu dan bimbang.didalam benaknya,tidak ada lagi arti keuntungan pribadi dan menang sendiri.
Jika komitmen terhadap dakwah benar-benar tulus,maka akan muncul fenomena pengorbanan yang nyata.tidak ada kata “ya” untuk dorongan nafsu atau segala sesuatu yang seiring dengan nafs untuk berbuat maksiat. Kata yang ada adalah kata “ya” untuk setiap perbuatan yang mendekatkan diri kepada allah.
Jika komitmen terhadap dakwah benar-benar tulus,maka setiap anggota akan menaruh kepercayaan yang tinggi terhadap pemimpin fikrah. Setiap yang bergabung akan melaksanakan kebijakan pimpinannya dan menegakkan prinsip[-prinsip dakwah di dalam hatinya.
Jika komitmen terhadap dakwah benar-benar tulus,maka setiap orang yang kurang teguh akan komitmennya akan menangis, sementara yang sungguh-sungguh akan menyesali dirinya karena ingin berbuat lebih banyak dan berharap mendapat balasan serta pahala dari Allah.
Rabbi,sampaikan kami padamu dengan sebaik-baik keadaan kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar