Media memiliki pengaruh dan kekuatan yang sangat besar terhadap perilaku masyarakat dalam aktivitas kesehariannya. Hal ini tidak mengherankan, karena hampir semua lapisan masyarakat mendapatkan input informasi dari media yang ada. Televisi bukanlah menjadi barang langka lagi sekarang ini, di setiap rumah telah bisa kita dapati benda ini, bahkan di daerah pelosok yang susah di akses dengan alat transportasi sekalipun bisa di dapatkan kotak ajaib ini. Data statistic menyebutkan rata-rata seseorang menghabiskan lebih dari 15 tahun dalam kehidupan untuk menonton televisi, film, video, membaca surat kabar dan majalah, mendengar radio, dan berselancar di internet. Jadi dapat dikatakan medialah yang menjadi mata dan telinga masyarakat sekarang ini untuk memahami keadaan sekitarnya.
Disadari ataupun tidak kemampuan kita berkomunikasi, bersikap, berfikir, bersosialisasi, dan bermasyarakat dibentuk oleh media. Bahkan kekuatan media bukan hanya mampu mempengaruhi tapi juga bisa mengubah sikap dan perasaan seseorang dengan mudah, dengan media, seseorang yang seharusnya benci setengah mati terhadap sesuatu hal bisa menjadi cinta mabuk kepayah karena informasi yang diterimanya dari media, seseorang yang seharusnya menangis tersedu-sedu bisa menjadi tertawa terbahak-bahak karena media. Seseorang yang seharusnya menjadi pahlawan besar karena jasanya bisa menjadi musuh yang ditakuti karena media. Kekuatan media di era teknologi seperti sekarang ini memang sangat mendominasi. Seperti kata Bill Gates ; “jika kamu ingin menguasai dunia kuasailah dua hal, jaringan dan media informasi” adalah benar, yang menguasai medialah yang menguasai dunia saat ini.
Media menjadi sarana yang sangat efektif untuk menginfiltrasi suatu pemikiran dan bahkan pengendalian suatu gerakan sosial masyarakat. Tidak jarang kita mendapatkan informasi yang ternyata tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya terjadi dilapangan, banyak informasi-informasi yang terkesan tendensius terhadap suatu kepentingan tertentu atau berat sebelah dalam menyampaikan informasi. Seperti ketika terjadi pelecehan terhadap seorang muslimah yang mempertahankan jilbabnya sampai meninggal dunia hamper tidak ada media yang memblowup isu ini ke public karena informasi ini di anggap tidak lebih penting dari meninggalnya sang raja pop di amerika. Kasus pelanggaran ham di ghaza, dan sampai isu terorosme yang sampai saat ini terus menyudutkan kaum muslimin. Kerena jelas yang memiliki media semuanya adalah orang-orang yang kebanyakan adalah kontra islam sehingga informasi yang disajikanpun senantiasa mengarah kea rah sang pemilik modal.
Jika dikatakan media adalah ujung tombak globalisasi, ini adalah benar. Seperti konsep globalisasi itu sendiri yang menjadikan pasar (materi) adalah parameter pembanding paling tinggi yang senantiasa mencoba untuk menghilangkan batas antara semua hal yang ada agar semuanya bisa terhubung dan bertransaksi, medialah yang bisa melakukannya. Dengan teknologi seperti sekarang ini, semuanya nyaris tak berbatas lagi.
Disadari ataupun tidak, kita adalah konsumen dan korban dari proyek besar ini. Sebagai insane akademis yang sudah semestinya faham akan keadaan social yang terjadi, sudah seharusnya kita mampu melihat secara objektif semua informasi yang kita terima dan sekaligus menjadi filter penyeimbang bagi masyarakat yang notabene belum begitu faham akan dampak social yang terjadi.
Jadilah pengguna media yang kritis dan objektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar