Kamis, 07 Oktober 2010

kisah inspiring "Sekolah Penghafal Qur'an Balita di IRAN"

Dapet dari milis dan notes teman nih, yang punya cita2 bikin sekolah tahfidzul qur'an mungkin bisa jadi inspirasi.:)., smoga bermanfaat...

Saya tinggal di Iran dan punya usia anak empat tahun. Sejak tiga bulan lalu, saya masukkan dia ke sekolah hafiz Quran untuk anak2. Setelah masuk., wah ternyata unik banget metodenya. (Siapa tau bisa dijadikan masukan buat  akhwat2 yg berkecimpung di bidang ini.) Anak-anak balita yang masuk ke  sekolah ini (namanya Jamiatul Quran), tidak disuruh langsung ngapalin  juz'amma, melainkan setiap kali datang, diperlihatkan gambar misalnya,  gambar anak lagi cium tangan ibunya, (di rumah, anak disuruh mewarnai  gambar itu), lalu guru cerita ttg gambar itu (jadi anak harus baik.dll).


Kemudian, si guru ngajarin ayat "wabil waalidaini ihsaana/Al Isra:23" dengan  menggunakan isyarat (kayak isyarat tuna rungu), misalnya, "walidaini", isyaratnya bikin kumis dan bikin kerudung di wajah (menggambarkan ibu  dan ayah). Jadi, anak2 mengucapkan ayat itu sambil memperagakan makna ayat  tersebut. Begitu seterusnya (satu pertemuan hanya satu atau dua ayat yg diajarkan). Hal ini dilakukan selama 4 sampai 5 bulan. Setelah itu,  mereka belajar membaca, dan baru kemudian mulai menghapal juz 'amma.

Suasana kelas juga semarak banget. Sejak anak masuk ke ruang kelas,  sampai pulang, para guru mengobral pujian-pujian (sayang, cantik, manis, pintar.dll) dan pelukan atau ciuman. Tiap hari (sekolah ini hanya 3  kali seminggu) selalu ada saja hadiah yang dibagikan untuk anak-anak, mulai dari gambar tempel, pensil warna, mobil2an, dll.

Habis baca doa, anak-anak  diajak senam, baru mulai menghapal ayat. Itupun, sebelumnya guru mengajak  ngobrol dan anak2 saling berebut memberikan pendapatnya. (Sayang anak saya krn masalah bahasa, cenderung diam, tapi dia menikmati kelasnya).

Setelah  berhasil menghapal satu ayat, anak-anak diajak melakukan berbagai  permainan. Oya, para ibu juga duduk di kelas, bareng2 anak2nya. Kelas itu durasinya 90 menit .

Hasilnya? Wah, bagus banget! Ketika melihat saya membuka keran air akan  terlalu besar, anak saya akan nyeletuk, "Mama, itu israf (mubazir)!" (Soalnya, gurunya menerangkan makna surat Al A'raf :31 "kuluu washrabuu walaatushrifuu/ makanlah dan minumlah, dan jangan israf/berlebih2an) .

Waktu dia lihat TV ada polisi ngejar2 penjahat, dia nyeletuk "Innal hasanaat tushrifna sayyiaat/ Sesungguhnya kebaikan akan mengalahkan kejahatan"  (Hud:114). Teman saya mengeluh (dengan nada bangga) bahwa tiap kali dia ngobrol dgn temannya ttg orang lain, anaknya akan nyeletuk "Mama,  ghibah  ya?" (soalnya, dia sudah belajar ayat "laa yaghtab ba'dhukum ba'dhaa"/Mujadalah:12) .

Anak saya (dan anak2 lain, sesuai penuturan ibu2 mereka), ketika sendirian, suka sekali mengulang2 ayat2 itu tanpa perlu  disuruh. Ayat2 itu seolah-olah menjadi bagian dari diri mereka. Mereka  sama sekali tidak disuruh pakai kerudung. Tapi, setelah diajarkan ayat ttg jilbab (An-Nur:31)! , mereka langsung minta sama ibunya untuk dipakaikan  jilbab.

Anak saya, ketika ingkar janji (misalnya, janji nggak main lama2, trus  ternyata mainnya lama), saya ingatkan ayat "limaa taquuluu maa laa taf'alun" (As-Shaf:2). dia langsung bilang "Nanti nggak gitu lagi Ma.!" Akibatnya,  jika saya mengatakan sesuatu dan tidak saya tepati, ayat itu pula yang keluar dari mulutnya!

Setelah tanya2 ke pihak sekolah, baru saya tahu bahwa metode seperti  ini, tujuannya adalah untuk menimbulkan kecintaan anak2 kepada Al Quran. Anak2balita itu di masa depan akan mmpunyai kenangan indah ttg Al Quran. Saya pikir2 benar juga. Saya ingat, dulu waktu kecil pergi ke TPA (Taman Pendidkan Al Quran) di Indonesia, rasanya maless..banget (Kalo nggak  dipaksa ortu, nggak jalan deh). Bagi saya, TPA identik dengan beban berat, PR  yaang banyak, hapalan bejibun, guru galak, dsb. Pernah saya dengar, di  sekolah Kristen anak2 diberi hadiah dan dikatakan kepada mereka bahwa itu dari  Yesus. Nah, kenapa kita kaum muslim yang meyakini bahwa agama kitalah yang paling benar, tidak meniru cara ini agar anak2 merasa cinta kepada  Allah dan Quran? Bagaimanapun, dunia anak2 adalah dunia materi. Mereka baru bisa  mencerap hal2 yang nyata, seperti hadiah (dan belum paham, pahala itu apa). Para orangtua teman sekelas anak saya juga pada cerita bahwa anak2nya  malah nangis kalau nggak diajak ke ! sekolah. Malah, buat anak saya, ancaman  tidak diantar ke sekolah adalah ancaman paling ampuh, kalau dia nakal (dia  akan langsung nangis, hehehe...mamanya nakal ya?).

Metode pengajaran ayat Quran dengan menggunakan isyarat ini diciptakan  oleh seorang ulama bernama Sayyid Thabathabai. Anak beliau yang pertama pada  usia 5 tahun di bawah bimbingan beliau sendiri, sudah hapal seluruh juz Al Quran, berikut maknanya, hapal topik2nya (misalnya, ditanyakan, coba sebutkan  ayat2 mana saja yg berbicara ttg akhlak kepada orangtua, dia akan menyebut,  ayat ini..ini..ini. .), dan mampu bercakap-cakap dengan bahasa Al Quran (misalnya ditanya; makanan favoritmu apa, dia akan menjawab "Kuluu mimma fil  ardhi halaalan thayyibaa" (Al Baqarah:168) . Anak kedua juga memiliki  kemampuan sama, tapi sedikit lebih lambat, mungkin usia 6 atau 7 tahun. Keberhasilan anak2 Sayyid Thabathabi itu benar-benar fenomental ( bahkan anak  pertamanya diberi gelar Doktor Honoris Causa di bidang Ulumul Quran oleh sebuah  universitas di Inggris ), sehingga sejak itu, gerakan menghapal Quran  untuk anak-anak kecil benar2 digalakkan di Iran. Setiap anak penghapal Quran  dihadiah! i pergi haji bersama orang-tuanya oleh negara dan setiap  tahunnya ratusan anak kecil di bawah usia 10 tahun berhasil menghapal Al Quran  ( jumlah ini lebih banyak kalau dihitung juga dengan anak lulusan dari  sekolah2 lain ).

Salah satu tujuan Iran dalam hal ini ( kata salah seorang guru ) adalah untuk menepis isu-isu dari musuh-musuh Islam yang ingin  memecah-belah umat muslim, yang menyatakan bahwa Quran-nya orang Iran  itu beda/ lain daripada yg lain.

Saya pernah diskusi dgn teman saya dosen sebuah kampus ternama di indonesia, dia mengatakan bahwa  metode seperti itu merangsang kecerdasan anak karena secara bersamaan anak  akan melihat gambar, mendengar suara, melakukan gerakan-gerakan yang selaras dengan ucapan verbal, dll. Sebaliknya, menghapal secara membabi-buta,  malah akan membuntukan otak anak.

Selain itu, menurut guru di Jamiatul Quran ini, pengalaman menunjukkan bahwa anak-anak yang menghapal Quran dengan  melalui proses isyarat ini (jadi mulai sejak balita sudah masuk ke sekolah itu)  lebih berhasil dibandingkan anak-anak yang masuk ke sana ketika usia SD.

Selain itu, menghapal Al Quran lengkap dengan pemahaman atas artinya  jauh lebih bagus dan awet (nggak cepat lupa) bila dibandingkan dengan hapal cangkem (mulut).